Belakangan ini viral video tentang kamar kos-kosan yang super duper berantakan, kotor dan banyak timbunan sampah. Hasil pengamatan netizen mengambil kesimpulan bisa jadi wanita pemilik kamar kost ini mengalami hoarding disorder. Waduh, apa itu, ya?
Walau belum bisa dipastikan apakah perempuan dalam video viral itu benar-benar mengalami hoarding disorder, tapi gangguan mental ini memang cukup banyak dialami oleh sebagian orang dan membuat mereka suka menimbun barang. Perlu diingat, hoarder (alias pelaku hoarding) berbeda dengan kolektor yang memang hobi mengumpulkan barang-barang tertentu, ya. Orang dengan hoarding disorder cenderung mengumpulkan berbagai jenis barang, mulai dari baju, bungkus makanan, majalah bekas, sampai mainan masa kecil. Seiring waktu, mereka bisa jadi kehabisan ruang untuk menyimpan benda-benda yang mereka timbun tadi. Akibatnya, kumpulan barang ini jadi menumpuk secara berantakan bahkan menjijikan.
Beberapa orang dengan hoarding disorder bahkan bisa mulai mengumpulkan benda-benda hidup, lho, seperti binatang peliharaan atau binatang ternak. Kondisi ini bisa membahayakan, baik untuk hoarder maupun binatang-binatangnya karena faktor seperti kepenuhan, kondisi yang tidak higienis, sampai kurangnya perawatan hewan peliharaan.
Apa Saja Sih Gejala Orang yang Mengalami Hoarding Disorder?
Simptom atau gejala awal hoarding disorder, mengutip Mayo Clinic, biasanya muncul pada masa remaja atau dewasa muda. Hoarder mungkin memiliki terlalu banyak barang untuk disimpan, perlahan menumpuk dan menjadi timbunan di tempat tinggalnya, dan mereka mengalami kesulitan untuk menyingkirkan benda-benda ini.
Seiring pertambahan usia, hoarder terus menimbun dan mengumpulkan barang-barang yang mereka nggak akan perlukan atau gunakan lagi bahkan walaupun mereka kehabisan tempat penyimpanan. Di usia paruh baya, timbunan barang bisa jadi membuat kewalahan seiring gejala gangguan ini yang semakin parah dan sulit untuk diatasi.
Permasalahan dengan penimbunan barang atau hoarding ini berkembang seiring waktu dan merupakan kebiasaan yang bersifat pribadi atau private. Hoarder cenderung menghindari keluarga, teman, atau bahkan tukang untuk mengunjungi tempat tinggal mereka. Seringnya, timbunan barang mereka sudah sangat “mengerikan” ketika akhirnya kondisi ini ditemukan atau diketahui orang sekitar–seperti yang mungkin terjadi pada kasus video viral anak kost tadi.
Gejala atau simptom hoarding disorder termasuk:
- Menyimpan dan mengumpulkan terlalu banyak barang yang mungkin tidak diperlukan atau tidak lagi memiliki tempat.
- Mengalami kesulitan untuk membuang atau menyingkirkan barang-barang, tanpa melihat nilainya.
- Merasakan kebutuhan atau keharusan untuk menyimpan barang-barang tadi, dan merasa panik atau kesal ketika membayangkan harus menyingkirkannya.
- Memiliki tumpukan barang sampai ruangan atau tempat tinggal tak bisa lagi digunakan.
- Cenderung curiga atau ketakutan saat ada orang lain yang menyentuh barang-barang mereka.
- Berperilaku obsesif dan ketakutan, seperti mengecek tempat sampah untuk memeriksa barang-barang yang mereka buang, atau mengalami ketakutan akan membutuhkan barang tadi nantinya.
Selain itu, orang dengan hoarding disorder juga cenderung mengalami isu yang berhubungan seperti:
- Berusaha untuk menyempurnakan dan menghindari atau menunda pengambilan keputusan.
- Memiliki masalah dalam urusan perencanaan atau pengaturan.
- Kesulitan fokus atau gampang teralihkan
Apa yang Menyebabkan Gangguan Ini?
Hoarding disorder bisa terjadi karena beberapa alasan. Seseorang bisa jadi mulai menimbun barang karena mereka percaya apa yang mereka kumpulkan bisa jadi bernilai atau akan berguna pada satu titik nantinya. Mereka juga bisa menghubungkan satu benda dengan seseorang atau momen penting yang tak mau mereka lupakan.
Hoarder biasanya tinggal bersama barang yang mereka timbun, bahkan sampai mengabaikan kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri. Misalnya, mereka rela nggak menggunakan kulkas demi bisa memiliki ruang untuk menyimpan barang-barang di dapur. Atau mereka rela membiarkan peralatan di rumah rusak daripada membiarkan tukang datang dan masuk ke tempat tinggal mereka.
Orang-orang yang cenderung rentan mengalami hoarding disorder adalah mereka yang:
- Tinggal sendiri
- Tumbuh besar di ruang atau tempat yang berantakan dan tak beraturan
- Memiliki masa kecil yang sulit / kekurangan
Hoarding disorder juga dihubungkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental lainnya, seperti:
- Gangguan kecemasan (anxiety)
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
- Depresi
- Dementia
- Obsessive compulsive disorder (OCD)
- Obsessive compulsive personality disorder (OCPD)
- Skizofrenia
Mengutip Healthline, penelitian menemukan bahwa gangguan ini juga dihubungkan dengan kurangnya kemampuan fungsi eksekutif. Defisiensi di area ini termasuk, di antara gejala lainnya, adalah ketidakmampuan untuk:
- Fokus
- Mengambil keputusan
- Mengkategorikan
Defisit fungsi eksekutif ini sering dihubungkan dengan ADHD pada anak-anak.
Gangguan hoarding disorder ini memiliki berbagai komplikasi, seperti:
- Risiko terjebak atau tertiban tumpukan barang atau barang yang jatuh.
- Konflik keluarga.
- Kesepian dan isolasi sosial.
- Risiko kesehatan akibat tempat tinggal yang tidak bersih.
- Risiko kebakaran.
- Performa kerja yang buruk.
- Isu hukum, seperti pengusiran.
Bagaimana Cara Mengatasi Hoarding Disorder?
Diagnosis dan perawatan untuk hoarding disorder bisa dilakukan. Namun, kesulitannya adalah untuk meyakinkan mereka dengan gangguan untuk mengakui kondisi mereka. Orang terdekat atau orang lain bisa jadi mengenali gangguan ini dan gejalanya jauh sebelum penderitanya sendiri.
Namun penting untuk diingat, orang dengan gejala hoarding disorder perlu berkonsultasi dengan dokter atau psikolog, terutama kalau gejalanya sudah termasuk seperti di bawah ini:
- Mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti bersih-bersih, memasak, mandi, bekerja, atau ke sekolah.
- Menyebabkan masalah interpersonal yang besar.
- Menyebabkan gangguan kecemasan atau rasa malu yang parah.
- Membuat tempat tinggal jadi tidak aman atau tidak sehat.
Keluarga atau orang-orang terdekat bisa juga mencoba berkonsultasi dengan tenaga medis profesional terkait gangguan ini, dan mencari tahu bagaimana kita bisa membantu mereka dengan gangguan hoarding disorder.
Untuk bantuan medis profesional terkait hoarding disorder, kamu bisa menghubungi:
- 119, extension 8 (kanal khusus masalah kesehatan jiwa)
- Sehatpedia, layanan konsultasi kesehatan jiwa berbasis layanan telemedicine dari Kementerian Kesehatan.
Untuk tau berbagai informasi menarik lainnya seputar beauty and wellness simak terus Beyond Aesthetic. Jangan lupa juga untuk follow Instagram Beyond Aesthetic untuk dapatkan kabar terkini terkait kecantikan, makeup, skincare, dan estetika medis.