Britney Spears akan merilis memoir-nya yang berjudul “The Woman in Me” tanggal 24 Oktober nanti. Dalam bukunya ini, penyanyi yang didapuk sebagai “salah satu penampil terbaik dalam sejarah musik pop” ini membeberkan, bahwa ia sempat hamil dan kemudian melakukan aborsi saat mengencani Justin Timberlake. Keduanya berkencan saat berusia 17 dan 18 tahun, dan kehamilan Britney ini digolongkan dalam kehamilan remaja.
“Aku sangat mencintai Justin. Aku selalu berharap kami akan menjadi keluarga suatu hari nanti,” tulis Britney. “Tapi Justin benar-benar tidak senang menghadapi kehamilan ini. Dia bilang kami belum siap memiliki bayi di kehidupan kami, dan bahwa kami masih terlalu muda.”
Dalam bukunya, Britney Spears menuliskan bahwa ia kemudian memutuskan untuk melakukan aborsi, yang menurut penyanyi 41 tahun ini merupakan “pengalaman paling mengerikan yang pernah kulalui.”
Di beberapa negara, aborsi merupakan salah satu pilihan besar yang diambil ketika kehamilan remaja terjadi. Kehamilan remaja memiliki banyak risiko bagi kesehatan tubuh, mental, dan juga masa depan remaja perempuan yang mengandung.
Risiko Kehamilan Remaja seperti yang Dialami Britney Spears
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada perempuan berusia 19 tahun atau lebih muda. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019 menemukan, 46,1% perempuan Indonesia mengalami kehamilan pertama sebelum usia 20 tahun. Selain itu, mengutip Jurnal Perempuan, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kehamilan remaja pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan.
Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerangkan, bahwa komplikasi saat kehamilan atau persalinan merupakan penyebab kematian terbesar bagi remaja perempuan berusia 15-19 tahun secara global. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa usia remaja adalah 10-19 tahun.
Kehamilan remaja memiliki faktor risiko kesehatan yang jauh lebih tinggi dibanding kehamilan usia produktif (usia 20-30 tahun). Ini karena alat-alat reproduksi wanita belum matang sebelum mencapai usia 20 tahun.
Menurut Sehat Negeriku, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun rentan mengalami preeklamsia (tekanan darah tinggi terkait kehamilan), eklamsia (kejang akibat preeklamsia), kelahiran prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Preeklamsia juga bisa membahayakan ginjal atau bahkan fatal bagi ibu dan bayi.
Remaja yang hamil juga berisiko besar mengalami anemia. Anemia adalah berkurangnya jumlah sel darah merah, yang membuat ibu hamil menjadi lemah dan lelah serta bisa mempengaruhi perkembangan bayi.
Ketika kehamilan remaja terjadi, hal ini juga menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran untuk menyampaikannya pada anggota keluarga. Ketika remaja memendam hal ini justru membuat situasinya semakin buruk karena, selain tidak mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan, kondisi ini juga bisa membuat remaja yang hamil merasa terisolasi dan depresi.
Selain itu, remaja yang hamil juga terpaksa harus putus sekolah, dan pada kebanyakan kasus, mereka nggak lagi punya kesempatan melanjutkan pendidikan. Hal ini menyebabkan banyak ibu yang hamil di usia remaja harus hidup di bawah garis kemiskinan.
Perempuan yang kehamilan pertamanya di usia remaja biasanya akan memiliki lebih dari satu anak. Wanita yang pendidikannya kurang dan memiliki beberapa anak akan memiliki kesulitan untuk mencari pekerjaan dan memiliki penghasilan yang layak.
Bae, kita nggak cuma berbicara soal sosial dan ekonomi saja. SDKI 2012 menunjukkan, angka kematian neonatal (bayi baru lahir), postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang usianya belum mencapai 20 tahun lebih tinggi dibanding ibu usia 20-39 tahun.
Sayangnya di Indonesia, walau usia pernikahan ideal menurut pemerintah adalah 19 tahun, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai. Hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun tahu, kalau perempuan bisa hamil hanya dengan satu kali berhubungan seksual. Kurangnya pengetahuan ini bisa memperbesar risiko terjadinya kehamilan remaja yang bisa berujung pada kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi, seperti yang dialami oleh Britney Spears tadi.
Mau tau berbagai info kesehatan dan kecantikan lainnya, selalu ikuti Beyond Aesthetic. Dapatkan juga informasi terkini soal beauty & wellness di Instagram Beyond Aesthetic.